Beberapa waktu yang lalu muncul istilah, apa itu Redenominasi Rupiah? Yuk mari baca ulasan berikutnya di bawah ini.
Rencana Bank Indonesia (BI) melakukan redenominasi atau penyederhanaan nilai tukar rupiah kini menimbulkan kehebohan. Publik dibuat rancu antara redenominasi dengan sanering.
Padahal mestinya publik tidak bingung karena konsep yang diinginkan Bank Indonesia (BI) hanyalah redenominasi untuk menyederhanakan dengan mengurangi banyaknya angka nol dalam mata uang rupiah. Misalnya adalah uang Rp 1.000.000 nantinya menjadi Rp 1.000 namun nilainya tidak berkurang.
Redenominasi ini berbeda dengan sanering yang merupakan pemotongan nominal mata uang yang disertai pula dengan penurunan nilainya. Sanering ini umumnya terjadi pada negara yang perekonomiannya tidak sehat dengan ancaman hiperinflasi, sementara redenominasi justru dilakukan negara dengan perekonomian yang sehat.
Namun publik tampaknya masih trauma dengan sanering yang pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1965. Ketika itu, nilai rupiah terpangkas habis seiring inflasi yang mencapai 650%. Bandingkan dengan inflasi saat ini yang hanya sekitar 6,22%.
Pjs Gubernur BI Darmin Nasution menjelaskan, sanering atau pemotongan nilai tukar rupiah yang pernah terjadi di tahun 1965 dikarenakan terjadinya ledakan inflasi akibat kekacauan ekonomi.
"Waktu itu terjadi inflasi yang mencapai 650% per tahunnya. Maka sanering diperlukan pada masa itu," kata Darmin, Selasa (3/8/2010) kemarin.
Redenominasi dalam konsep BI sekarang ini tentu jauh dengan yang terjadi 45 tahun silam itu. Redenominasi konsep BI kali ini benar-benar murni untuk menghilangkan nol yang kini berentet sehingga memudahkan transaksi.
Sejumlah negara sebenarnya sudah sukses menerapkan redenominasi ini meski memerlukan waktu bertahun-tahun. Sejumlah negara yang sudah berhasil menerapkan redenominasi antara lain Israel, Turki, Jerman, Korsel, China, Brazil. Konsep yang mirip dengan redenominasi juga adalah penerapan Euro.
Nah, inti dari kesuksesan redenominasi ini bakal terletak pada proses sosialisasi dan transisi. Indonesia mungkin bisa mencontoh proses transisi ketika Uni Eropa menerapkan kebijakan mata uang tunggalnya.
"Kita harus belajar dari Euro, dulu di Eropa ada 2 mata uang yaitu Euro dan mata uang negara masing-masing. Ini dilakukan selama proses adaptasi. Jadi contohnya di Perancis saat itu masih ada mata uan Franc dan Euro, demikian juga di negara lain. Namun setelah beberapa tahun, Eropa menarik mata uang negara-negara asal, dan memberlakukan Euro secara keseluruhan," urai ekonom Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan.
Darmin Nasution sebelumnya menjelaskan, sosialisasi akan dilakukan hingga 2012, dan tahun 2013 akan dilanjutkan dengan masa transisi. Pada masa transisi digunakan dua rupiah, yakni memakai istilah rupiah lama dan rupiah hasil redenominasi yang disebut rupiah baru.
Menurutnya, dalam masa transisi itu toko-toko yang menjual sebuah barang akan tercatat 2 label harga. Yakni dengan rupiah lama dan dengan rupiah baru. Jika nol-nya disederhanakan 3 digit, lanjut Darmin, kalau harga barangnya Rp 10.000 maka akan dibuat dua label yakni Rp 10.000 untuk rupiah lama dan Rp 10 untuk rupiah baru.
Nah, selanjutnya rupiah lama akan hilang dan digunakan rupiah baru dengan nominal yang lebih kecil dan diharapkan bisa tuntas pada tahun 2022.
Jika ini berjalan mulus, maka akan menjadi sejarah baru bagi mata uang Indonesia. Seperti diketahui, rupiah ditetapkan sebagai mata uang Indonesia pada 2 November 1949 atau 4 tahun setelah Indonesia merdeka.
Rupiah berasal dari kata 'Rupee' yang merupakan mata uang India. Indonesia sempat menggunakan mata uang Belanda, Gulden pada periode 1610 hingga 1817. Setelah itu, Indonesia sempat menggunakan mata uang Gulden Hindia Belanda.
Nama rupiah diperkenalkan pertama kali ketika Indonesia diduduki Jepang dengan nama Rupiah Hindia Belanda. Setelah berakhirnya perang, Bank Jawa atau kini bernama Bank Indonesia memperkenalkan rupiah Jawa sebagai pengganti. Dan 4 tahun Indonesia merdeka, rupiah akhirnya ditetapkan sebagai mata uang resmi.
Perjalanan pergerakan rupiah memang tidak mulus. Rupiah sempat mengalami sanering pada tahun 1965 akibat hiperinflasi. Rupiah juga sempat mengalami kemerosotan besar atas dolar AS semasa krisis ekonomi Asia pada tahun 1998.
Secara perlahan rupiah semakin membaik meski sempat terguncang lagi semasa krisis finansial global menerpa pada 2008 lalu. Pada medio 2010 ini, rupiah sudah stabil pada kisaran 9.000 per dolar AS.
Pecahan rupiah berada dalam berbagai nominal dengan nilai terbesar adalah Rp 100.000. Dengan pecahan Rp 100.000 itu, maka Indonesia menjadi negara dengan pecahan mata uang terbesar kedua setelah Vietnam yang memiliki pecahan 500.000 dong.
Dengan pecahan yang sangat besar itu, memang sangat merepotkan. Uang rupiah juga langsung terasa kecil nilainya ketika melakukan transaksi di luar negeri. Hal itulah yang mendasari Bank Indonesia untuk melakukan redenominasi, sebuah konsep penyederhanaan nominal mata uang tanpa mengurangi nilainya. Res:detik.com
1 komentar:
siap2 dari sekarang dong heheheh...
Posting Komentar